Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Jenis-Jenis Bisnis Ritel: Apa Saja dan Bagaimana Cara Memilihnya?

jenis-jenis bisnis ritel


Bisnisprof.com -  Jenis-Jenis Bisnis Ritel. Artikel ini membahas tentang jenis-jenis bisnis ritel berdasarkan beberapa kriteria, seperti status kepemilikan, skala usaha, produk yang dijual, teknik pemasaran, bentuk hukum, dan ukuran outlet.

Bisnis ritel adalah salah satu jenis usaha yang banyak diminati oleh para pelaku bisnis, baik pemula maupun profesional. Bisnis ritel adalah aktivitas penjualan produk, baik jasa maupun barang, dalam bentuk satuan atau eceran kepada konsumen akhir1. 

Bisnis ritel memiliki banyak keuntungan, seperti permintaan yang tinggi, modal yang relatif rendah, dan peluang pasar yang luas.

Namun, bisnis ritel juga memiliki tantangan tersendiri, seperti persaingan yang ketat, perubahan selera konsumen, dan regulasi pemerintah. 

Oleh karena itu, sebelum memulai bisnis ritel, Anda perlu mengetahui jenis-jenis bisnis ritel yang ada dan bagaimana cara memilih yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan Anda.

Dalam artikel ini, kami akan membahas tentang jenis-jenis bisnis ritel berdasarkan beberapa kriteria, seperti status kepemilikan, skala usaha, produk yang dijual, teknik pemasaran, bentuk hukum, dan ukuran outlet. 

Kami juga akan memberikan tips dan saran untuk memilih jenis bisnis ritel yang tepat untuk Anda. Simak ulasan lengkapnya berikut ini.

Jenis-Jenis Bisnis Ritel Berdasarkan Status Kepemilikan

Berdasarkan status kepemilikan, bisnis ritel dapat dibagi menjadi enam jenis2, antara lain:

Ritel Independen:

Outlet pengecer yang dimiliki dan dikelola secara independen, tanpa adanya afiliasi atau penggabungan dengan pihak lain. 

Contoh dari jenis ritel ini adalah toko, warung, kios, dan pedagang kaki lima yang berlokasi di pasar tradisional, pemukiman, perumahan, atau lokasi lainnya. Ritel independen biasanya memiliki kelebihan dalam hal fleksibilitas, keunikan produk, dan hubungan dekat dengan pelanggan.

Waralaba (Franchising): 

Bisnis yang dapat dijalankan atau dioperasikan oleh siapa saja (retailer) secara independen namun status kepemilikannya tetap ada pada perusahaan induk (franchisor) dan aturan-aturan dalam retail mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan induk (franchisor). 

Contoh dari jenis ritel ini adalah Pizza Hut, McDonald’s, KFC, Indomaret, Alfamart, dan sebagainya. Waralaba memiliki kelebihan dalam hal dukungan sistem operasional, manajemen, pemasaran, dan pelatihan dari franchisor. Namun waralaba juga memiliki kekurangan dalam hal biaya awal yang tinggi, pembagian keuntungan dengan franchisor, dan keterbatasan dalam mengembangkan produk atau layanan sendiri.

Corporate Chain: 

Ritel yang dimiliki oleh sebuah grup atau perusahaan besar yang memiliki beberapa outlet pengecer dengan nama atau merek yang sama atau berbeda. Contoh dari jenis ritel ini adalah Matahari Group, Robinson Group, Ramayana Group, Trans Retail Group (Carrefour), Lotte Group (Lotte Mart), dan sebagainya. 

Corporate chain memiliki kelebihan dalam hal ekonomi skala, negosiasi harga dengan pemasok, distribusi efisien, dan pengendalian kualitas. Namun corporate chain juga memiliki kekurangan dalam hal biaya operasional yang tinggi, koordinasi yang sulit antara outlet-outletnya, dan adaptasi yang lambat terhadap perubahan pasar lokal.

Voluntary Chain: 

Ritel yang terdiri dari beberapa outlet pengecer independen yang bergabung dalam sebuah organisasi untuk mendapatkan manfaat bersama seperti pembelian bersama (joint buying), promosi bersama (joint promotion), atau merek bersama (joint branding). 

Contoh dari jenis ritel ini adalah Ace Hardware Indonesia (Kawan Lama Group), Mitra 10 (Catur Mitra Sejati Sentosa Group), Super Indo (Lion Super Indo Group), dan sebagainya. Voluntary chain memiliki kelebihan dalam hal penghematan biaya pembelian barang, pemasaran bersama-sama, dan penggunaan merek bersama. 

Namun voluntary chain juga memiliki kekurangan dalam hal ketergantungan pada organisasi induk, ketidaksesuaian antara anggota-anggotanya, dan kurangnya fleksibilitas dalam mengambil keputusan.

Retailer Cooperative: 

Ritel yang terdiri dari beberapa outlet pengecer independen yang membentuk sebuah koperasi untuk melakukan aktivitas bisnis bersama seperti pembelian bersama, promosi bersama, atau merek bersama. Contoh dari jenis ritel ini adalah Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Koperasi Serba Usaha (KSU), Koperasi Unit Desa (KUD), dan sebagainya. 

Retailer cooperative memiliki kelebihan dalam hal pemberdayaan ekonomi anggota, kesejahteraan sosial anggota, dan partisipasi demokratis anggota. Namun retailer cooperative juga memiliki kekurangan dalam hal manajemen yang kurang profesional, modal yang terbatas, dan konflik internal antara anggota.

Consumer Cooperative: 

Ritel yang dimiliki dan dikelola oleh konsumen atau pembeli untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri dengan harga yang lebih murah dan kualitas yang lebih baik. 

Contoh dari jenis ritel ini adalah Koperasi Konsumen (KK), Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI), Koperasi Mahasiswa (Kopma), dan sebagainya. Consumer cooperative memiliki kelebihan dalam hal penghematan biaya pembelian barang, pelayanan yang lebih baik, dan keterlibatan langsung konsumen. 

Namun consumer cooperative juga memiliki kekurangan dalam hal persaingan dengan ritel lain, kesulitan mendapatkan barang, dan kurangnya loyalitas konsumen.

Jenis-Jenis Bisnis Ritel Berdasarkan Skala Usaha

Dilihat dari skala usaha, bisnis ritel dapat dibagi menjadi dua, yakni skala besar dan skala kecil2.

Ritel Besar: 

Merupakan pengecer yang menyediakan barang yang dijualnya dalam jumlah besar. Contoh dari jenis ritel ini adalah department store, supermarket, hypermarket, general store, dan chain store. 

Ritel besar biasanya memiliki kelebihan dalam hal variasi produk, harga murah, fasilitas lengkap, dan lokasi strategis. 

Namun ritel besar juga memiliki kekurangan dalam hal biaya operasional yang tinggi, persaingan yang ketat, dan kurangnya personalisasi pelayanan.

Ritel Kecil: 

Merupakan pengecer yang menyediakan barang yang dijualnya dalam jumlah kecil. Contoh dari jenis ritel ini adalah toko kelontong, toko buku, toko bunga, toko roti, dan sebagainya. 

Ritel kecil biasanya memiliki kelebihan dalam hal kemudahan akses, pelayanan ramah, dan hubungan dekat dengan pelanggan. 

Namun ritel kecil juga memiliki kekurangan dalam hal keterbatasan produk, harga tinggi, fasilitas sederhana, dan lokasi kurang menarik.

Jenis-Jenis Bisnis Ritel Berdasarkan Produk yang Dijual

Berdasarkan produk yang ditawarkan, bisnis ritel terbagi menjadi tiga jenis2, antara lain:

Product Retail: 

Ritel yang menjual barang atau produk fisik kepada konsumen akhir. Contoh dari jenis ritel ini adalah toko pakaian, toko sepatu, toko elektronik, toko mainan, toko perhiasan, dan sebagainya. 

Product retail biasanya memiliki kelebihan dalam hal kuantitas produk, kualitas produk, dan garansi produk. Namun product retail juga memiliki kekurangan dalam hal biaya produksi, biaya penyimpanan, dan risiko kerusakan produk.

Service Retail: 

Ritel yang menawarkan jasa atau layanan kepada konsumen akhir. Contoh dari jenis ritel ini adalah salon kecantikan, spa, restoran, hotel, travel agent, dan sebagainya. 

Service retail biasanya memiliki kelebihan dalam hal kreativitas layanan, kepuasan pelanggan, dan loyalitas pelanggan. 

Namun service retail juga memiliki kekurangan dalam hal biaya tenaga kerja, biaya peralatan, dan risiko keluhan pelanggan.

Non-Store Retail: 

Ritel yang menggunakan media tertentu dalam memasarkan produknya kepada konsumen akhir tanpa harus memiliki outlet fisik. Contoh dari jenis ritel ini adalah online shop, direct selling, mail order, telemarketing, vending machine, dan sebagainya. Non-store retail biasanya memiliki kelebihan dalam

hal keterjangkauan pasar, biaya rendah, dan fleksibilitas waktu. Namun non-store retail juga memiliki kekurangan dalam hal kualitas produk, kepercayaan pelanggan, dan regulasi hukum.

Jenis-Jenis Bisnis Ritel Berdasarkan Teknik Pemasaran

Berdasarkan teknik pemasaran yang digunakan, bisnis ritel dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:

Mass Marketing: 

Ritel yang menargetkan pasar yang luas dan heterogen dengan menawarkan produk yang bersifat umum dan standar. 

Contoh dari jenis ritel ini adalah supermarket, hypermarket, dan general store. Mass marketing memiliki kelebihan dalam hal volume penjualan, efisiensi operasional, dan ekonomi skala. 

Namun mass marketing juga memiliki kekurangan dalam hal persaingan harga, diferensiasi produk, dan loyalitas pelanggan.

Niche Marketing: 

Ritel yang menargetkan pasar yang sempit dan homogen dengan menawarkan produk yang bersifat khusus dan unik. 

Contoh dari jenis ritel ini adalah toko buku, toko musik, toko hewan peliharaan, dan sebagainya. Niche marketing memiliki kelebihan dalam hal margin keuntungan, kesetiaan pelanggan, dan keunggulan kompetitif. 

Namun niche marketing juga memiliki kekurangan dalam hal keterbatasan pasar, risiko perubahan selera, dan biaya promosi.

Relationship Marketing: 

Ritel yang berfokus pada pembangunan hubungan jangka panjang dengan pelanggan dengan menawarkan produk yang bersifat personal dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Contoh dari jenis ritel ini adalah salon kecantikan, spa, restoran, dan sebagainya. 

Relationship marketing memiliki kelebihan dalam hal kepuasan pelanggan, retensi pelanggan, dan referensi pelanggan. Namun relationship marketing juga memiliki kekurangan dalam hal biaya pelayanan, ketergantungan pada pelanggan, dan kesulitan mengukur hasil.

Social Marketing:

 Ritel yang menggunakan media sosial sebagai alat untuk mempromosikan produknya kepada pelanggan dengan cara yang interaktif dan menarik. Contoh dari jenis ritel ini adalah online shop, direct selling, telemarketing, dan sebagainya. Social marketing memiliki kelebihan dalam hal jangkauan pasar, komunikasi dua arah, dan viralitas. Namun social marketing juga memiliki kekurangan dalam hal kredibilitas produk, privasi pelanggan, dan kontrol pesan.

Jenis-Jenis Bisnis Ritel Berdasarkan Bentuk Hukum

Berdasarkan bentuk hukumnya, bisnis ritel dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu:

Perusahaan Perseorangan (Sole Proprietorship):

 Ritel yang dimiliki oleh satu orang saja tanpa adanya badan hukum lain. Contoh dari jenis ritel ini adalah toko kelontong, warung, kios, dan pedagang kaki lima.

 Perusahaan perseorangan memiliki kelebihan dalam hal kemudahan pendirian, kebebasan pengambilan keputusan, dan penghematan pajak. Namun perusahaan perseorangan juga memiliki kekurangan dalam hal keterbatasan modal, tanggung jawab penuh atas utang, dan kesulitan suksesi.

Persekutuan (Partnership): 

Ritel yang dimiliki oleh dua orang atau lebih dengan adanya perjanjian kerjasama tertulis atau tidak tertulis. Contoh dari jenis ritel ini adalah toko bunga, toko roti, toko buku, dan sebagainya. 

Persekutuan memiliki kelebihan dalam hal peningkatan modal, pembagian resiko, dan kerjasama tim. Namun persekutuan juga memiliki kekurangan dalam hal konflik antar mitra, pembagian laba, dan ketidakstabilan usaha.

Perseroan Terbatas (Limited Liability Company): 

Ritel yang dimiliki oleh beberapa orang atau badan hukum lain dengan adanya akta pendirian yang disahkan oleh notaris. Contoh dari jenis ritel ini adalah department store, supermarket, hypermarket, dan chain store. Perseroan terbatas memiliki kelebihan dalam hal perlindungan hukum, kontinuitas usaha, dan kemampuan mendapatkan modal. Namun perseroan terbatas juga memiliki kekurangan dalam hal biaya pendirian, kompleksitas administrasi, dan pengawasan pemerintah.

Jenis-Jenis Bisnis Ritel Berdasarkan Ukuran Outlet

Berdasarkan ukuran outletnya, bisnis ritel dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:

Ritel Kecil (Small Retailer): 

Ritel yang memiliki luas outlet kurang dari 100 meter persegi. Contoh dari jenis ritel ini adalah toko kelontong, warung, kios, dan pedagang kaki lima. 

Ritel kecil biasanya memiliki kelebihan dalam hal kemudahan akses, pelayanan ramah, dan hubungan dekat dengan pelanggan. Namun ritel kecil juga memiliki kekurangan dalam hal keterbatasan produk, harga tinggi, fasilitas sederhana, dan lokasi kurang menarik.

Ritel Menengah (Medium Retailer): 

Ritel yang memiliki luas outlet antara 100 sampai 500 meter persegi. Contoh dari jenis ritel ini adalah toko buku, toko sepatu, toko elektronik, dan sebagainya. Ritel menengah biasanya memiliki kelebihan dalam hal variasi produk, harga kompetitif, fasilitas cukup lengkap, dan lokasi cukup strategis. Namun ritel menengah juga memiliki kekurangan dalam hal biaya operasional, persaingan, dan kurangnya personalisasi pelayanan.

Ritel Besar (Large Retailer): 

Ritel yang memiliki luas outlet antara 500 sampai 2000 meter persegi. Contoh dari jenis ritel ini adalah supermarket, department store, general store, dan sebagainya. 

Ritel besar biasanya memiliki kelebihan dalam hal volume penjualan, efisiensi operasional, dan ekonomi skala. Namun ritel besar juga memiliki kekurangan dalam hal biaya operasional yang tinggi, persaingan yang ketat, dan kurangnya personalisasi pelayanan.

Ritel Sangat Besar (Very Large Retailer): 

Ritel yang memiliki luas outlet lebih dari 2000 meter persegi. Contoh dari jenis ritel ini adalah hypermarket, warehouse club, supercenter, dan sebagainya.

Ritel sangat besar biasanya memiliki kelebihan dalam hal variasi produk, harga murah, fasilitas lengkap, dan lokasi strategis. Namun ritel sangat besar juga memiliki kekurangan dalam hal biaya operasional yang sangat tinggi, persaingan yang sangat ketat, dan kurangnya personalisasi pelayanan.

Demikianlah artikel tentang jenis-jenis bisnis ritel: apa saja dan bagaimana cara memilihnya. Semoga artikel ini dapat memberikan Anda wawasan dan inspirasi untuk memulai atau mengembangkan bisnis ritel Anda. 

Jika Anda memiliki pertanyaan, saran, atau kritik, silakan tulis di kolom komentar di bawah ini. Terima kasih telah membaca dan sampai jumpa di artikel selanjutnya.

Post a Comment for " Jenis-Jenis Bisnis Ritel: Apa Saja dan Bagaimana Cara Memilihnya?"